Sabtu, 16 Januari 2010

weekend effect

Dari buruh konstruksi dan sekretaris hingga dokter dan pengacara, manusia mengalami mood yang lebih baik, vitalitas yang luar biasa, dan sedikit rasa nyeri dan sakit dari hari jum’at sore hingga minggu siang. Hasil penelitian menunjukkan, ”Weekend effect” tersebut sebagian besar dihubungkan dengan kebebasan untuk memilih satu aktivitas dan kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan orang yang disayangi.
Menurut Richard Ryan, professor psikologi di Universitas Rochester dan peneliti yang melaksanakan penelitian mengatakan bahwa, pekerja bahkan mereka dengan pekerjaan yang menarik dan memiliki status kerja tinggi, benar-benar merasa lebih bahagia di akhir minggu. Lanjutnya, hasil temuannya menunjukkan bahwa betapa pentingnya waktu bebas (free time) untuk individual’s well-being.
Penelitian ini melacak mood dari 74 dewasa, berusia 18-62 tahun, yang bekerja sedikitnya 30 jam per minggu. Untuk 3 minggu, partisipan dipanggil 3 kali selama sehari, pada pagi, siang, dan sore. Pada setiap panggilan, partisipan menyelesaikan kuesioner singkat yang menjelaskan aktivitas yang mereka geluti dan, menggunakan seven point-scale, mereka menilai perasaan positif mereka seperti kebahagiaan, suka cita, dan kegembiraan. Mereka juga menilai perasaan negatif seperti kegelisahan, marah, dan depresi. Gejala-gejala fisik stress seperti sakit kepala, masalah pencernaan, sakit pernapasan, atau kurang berenergi, juga diperhatikan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pria dan wanita serupa dalam menunjukkan secara konsisten perasaan yang lebih baik, baik secara mental maupun fisik pada weekend. Mereka merasa lebih baik tidak peduli seberapa banyak uang yang mereka buat, berapa jam mereka bekerja, seberapa tinggi pendidikan mereka, atau apakah mereka kerja di industri atau dalam kapasitas professional. Mereka merasa lebih baik baik itu mereka single, hidup bersama, bercerai, atau menduda-menjanda. Dan mereka merasa lebih baik tidak peduli usia mereka.
Untuk mengetahui secara pasti mengapa weekend hours sanagt ajaib, peneliti bertanya kepada partisipan untuk mengindikasikan apakah mereka merasa terkontrol atau autonomous dalam tugas yang mereka lakukan pada saat waktu panggilan yang ditentukan peneliti dating. Partisipan juga mengindikasikan seberapa dekat perasaan mereka terhadap kehadiran orang lain dan seberapa kompeten yang mereka rasakan mengenai diri mereka sendiri saat terlibat dengan aktivitas yang mereka lakukan.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa dibandingkan dengan workdays, weekends di asosiasikan dengan tingkat kebebasan dan kedekatan yang leebih baik. Individu melaporkan lebih sering mereka terlibat dalam aktivitas yang mereka pilih dan menghabiskan waktu dengan anggota keluarga dan teman-teman dengan lebih intim. Yang mengejutkan, hasil analisis menemukan bahwa orang merasa lebih kompeten selama weekend dibandingkan saat waktu rutin kerja mereka.
Hasil penelitian tersebut mendukung self-determination theory, yang berpandangan bahwa kesejahteraan (well-being) tergantung kepada seberapa besar pemenuhan kebutuhan psikologis dasar seseorang akan autonomy, competence, dan relatedness. Peneliti menyimpulkan bahwa orang mengalami autonomy dan relatedness yang lebih besar yang berhubungan dengan kesejahteraan yang lebih besar.
Penelitian ini juga memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana lingkungan kerja dapat dibentuk untuk lebih mendukung kesejahteraan pekerja (wellness). Menurut peneliti, pada saat kehidupan sehari-hari, termasuk bekerja, memberikan sense of autonomy, relatedness, dan competence, kesejahteraan akan lebih tinggi dan lebih stabil, dibandingkan naik turun secara regular.

Sumber :
www.sciencedaily.com, “Weekend Effect' Makes People Happier Regardless of Their Job”, diunduh pada 14 Januari 2010 pukul 10.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar